Kamis, 06 Desember 2012

ANTRAKNOSA


Antraknosa atau sering disebut Patek adalah penyakit yang sangat menakutkan bagi pekebun cabai. Daya rusak penyakit ini sangat tinggi dan penularanya juga sangat cepat sehingga sangat merugikan petani / pengusaha agribisnis apabila tidak dikenali dan dikendalikan dengan tepat dan cepat. Bahkan yang paling ekstrem bisa menggagalkan usaha agribisnis ini. Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotricum capsici dan Gloesporium piperatumEll.et Ev. Kedua jamur tersebut bisa menyerang sendiri-sendiri maupun bersamaan (kombinasi keduanya). Penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 % dengan suhu 32 derajat celcius. Penyakit antraknosa juga menyerang tanaman cabe yang ditanam pada lahan dengan drainase yang tidak dikelola dengan baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman.

Biasanya cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak.  Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami.  Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan.
Sedangkan cendawan G. piperatum menyerang tanaman cabe pada saat   buah masih berwarna hijau dan menyebabkan mati ujung (die back).  Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat serangan cendawan ini adalah  buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk.  Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang.  Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu.

Gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
 
Untuk mengendalikan penyakit patek (anraknosa) pada tanaman cabai tidak bisa dilakukan hanya saat sudah mulai terjadinya serangan, namun harus dimulai dari awal proses penanaman. Untuk lebih lengkapnya cara mengendalikan penyakit patek pada tanaman cabai bisa dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Gunakan bibit yang sehat. Jika ingin menggunakan bibit sendiri, jangan menggunakan dari bekas cabai yang terserang patek karena spora jamur tersebut mampu bertahan pada benih cabai.
  2. Pilih lokasi lahan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat dll (satu famili dengan cabai). Spora Gloeosporium maupu Colletotricum mampu beradaptasi hidup dalam tanah dalam waktu tahuna.
  3. Pergunakan pupuk dasar maupun kocoran yang rendah unsur Nitrogen, karena unsur N hanya akan membuat tanaman cabai menjadi rentan. Selain itu unsur N juga akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban sekitar tanaman.
  4. Perbanyak unsur Kalium dan Calsium untuk membantu pengerasan kulit buah cabai
  5. Pergukanlah mulsa plastik untuk menghindari penyebaran spora jamur melalui percikan air hujan
  6. Pergunakanlah jarak tanam yang ideal sesuai dengan varietas yang akan kita tanam Usahakan jangan terlalu rapat karena hal ini akan sangat membahayakan keselamatan tanaman cabai
  7. Lakukan pencegahan dengan penyemprotan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb atau tembaga hidroksida secara rutin satu minggu sekali (tetapi ini betentangan dengan konsep pengendalian hama secara terpadu)
  8. Lakukan perempelan untuk mengurangi krimbunan tanaman cabai
  9. Pergunakan peralatan yang terbebas dari penyebab penyakit patek
  10. Jika langkah-langkah diatas sudah dilakukan tetapi masih terjadi serangan penyakit patek maka segeralah buang tanaman yang sakit kalau perlu membakarnya.
  11. Segeralah melakukan tindakan penyelamatan terhadap cabai yang belum terserang secepatnya (saya katakan secepatnya karena penyakit patek bisa menyebar dalam hitungan jam). Tindakan yang perlu dilakukan adalah menyemprot dengan fungisida kontak (dithane, nordox, kocide, antracol, dakonil dll) bersamaan dengan sistemik (derosal, bion M, amistartop dll
Faktor penyebab tanaman patek adalah sebagai berikut :
    a.Penggunaan pupuk N yang terlalu banyak yang menyebabkan tanaman menjadi rimbun dan kelembaban meningkat akhirnya timbul jamur. Dengan demikian pupuk N harus dikurangi.
   b.Kelembaban iklim mikro, dimana kelembaban ini timbul akibat jarak tanam yang terlalu rapat serta pemangkasan yang tidak dilakukan.
   c.Percikan air hujan atau air siraman yang mengenai buah cabai. Akibatnya buah cabai diselimuti air hujan atau air siraman tersebut menimbulkan jamur. Maka untuk pengendaliannya harus menggunakan MPHP atau penutup tanah.
Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:
·             Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
·             Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.
·             Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
·             Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.
·             Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
·             Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
·             Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
·             Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
·             Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat.
·             Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
·             Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.
Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah :Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut

Senin, 26 November 2012

Kadar air tanah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air adalah kebutuhan pokok seluruh makhluk hidup. Walaupu begitu air merupakan senyawa kimia yang sederhana, memiliki sifat unik dan sangat bermanfaat dalam proses kimia dan biologi. Proses-proses tersebut sangat mempengaruhi hamper setiap aspek perkembangan dan sifat tanah, mulai dari pelapukan mineral hingga dekomposisi bahan organik juga pada pertumbuhan tanaman hingga polusi air tanah.
Kita semua sangat mengenal air, dalam kehidupan untuk minum, mencuci pakaian, mandi dan mengirigasi lahan. Tetapi air dalam tanah agak berbeda dengan air yang kita minum sehari-hari. Didalah tanah, air berkontak langsung dengan partikel-partikel padatan tanah terutama yan berukuran koloid.
Interaksi air dengan tanah berpengaruh terhadap berbagai fungsi ekologi tanah dan praktek-praktek pengolahan tanah. Interaksi ini menentukan berapa bnayak air hujan yang masuk kedalam tanah dan yang mengalir ipermukaan tanah. Keseimbangan antara air dan udara dalam ruang pori tanah, akan mempengaruhi tingkat perubahan temperatur tanah, metabolisme organisme didalam tanah, dan kapasitas tanah dalam menyimpan dan menyediakan air untuk tumbuhan.
Keberadaan air dalam tanah sangat penting, karena kekurangan maupun kelebihan air akan member pengaruh buruk bagi kehidupan, untuk itu kita perlu mengetahui kadar air dalam tanah.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan diadakannya praktikum ini antara lain:
Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti keberadaan air dalam tanah;
Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti interaksi air dengan tanah;
Agar mahasiswa mengetahui kandungan air dalam tanah.
Agar mengetahui cara pengukuran kadar air pada tanah.
Agar mengetahui berapa kadar air yang terdapat pada tanah yang dalam keadaan jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Menurut Soepardi, 1987 hal : 26 Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air dalam tanah menyebabkan partikel tanah mengembang dan mengkerut teikat satu sama lain membentuk struktur tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan,sedangkan kdar air tanah adalah jumlah air yang terkandung didalam tanah per satuan tertentu. Air tanah juga berperan dalam reaksi-reaksi kimia tanah yang dapat melepaskan dan mengikat unsur hara dalam tanah dan melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah sehingga menyebabkan kemasaman dan kebasaan dalam air tanah.
Wesley, 1973 hal : 33 Bila kadar air tanah rendah maka tanah akan keras atau kaku sehingga sulit untuk dipadatkan. Pada kadar air tanah tinggi kepadatan tanah akan rendah karena pori-pori tanah menjadi terisi air.
Menurut Rachmat Sutanto hal : 45 Tanah pada kedalaman tertentu selalu dijenuhi air yang disebut dengan air tanah. Air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terdapat pada bidang tanah yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembentukan tanah. Melalui profil, kedalaman air tanah dapat diduga berdasarkan tinggi muka air tanah yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau factor lingkingan luar lainnya.
Menurut Ayers dan perumpral (1982) hal : 48 Kandungan air tanah juga sangat berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Penggolongan kadar air tanah (jenuh, lembab dan kering) mengikuti kondisi lapangan yang biasa terdapat dan berlaku dikalangan petani. Tanah jenuh adalah kondisi tanah yang jenuh air. Kondisi tanah jenuh memiliki sifat lunak, lekat dan liat. Sedangkan tanah kering adalah tanah yang sama sekali tidak terairi, tanah kering dicirikan oleh tanahnya bersifat kering, retak-retak, keras dan kasar bila diraba. Untuk tanah lembab dicirikan pada kondisi air tanah yang optimum yaiti terjadi penggenangan sampai batas kapasitas lapang atau kondisi remah.
Hardjowigeno, S., 1992 hal : 27 Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetric, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron.
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah antara lain :
(1) Tekstur tanah
(2) Kadar bahan organic tanah
(3) Senyawa kimia
(4) Kedalaman solum
selain faktor diatas ketersediaan air tanah juga dipengaruhi oleh iklim dan tanaman ,faktor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,temperatur,dan kecepatan angin,yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi.Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran,toleransi terhadap kekeringan,serta tingkat dan stadia pertumbuhan,yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman.(Hanafiah K.A. 2005. hal 115- 117 )
BAB III
CARA KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Beaker glass 250 cc - Timbangan
Kertas saring/tissue - Contoh tanah biasa
Pipa kapiler - Hand sprayer
Plastik (lembran) - Kaleng oven
Karet gelang - Oven
3.2. Langkah Kerja
A. Menentukan kadar air tanah kering udara
Langkah pertama mengambil dan menimbang kaleng oven yang sudah tersedia dan mencatat berat masing-masing kaleng disertai tanda nomer yang tertera dibawah kaleng oven;
Menimbang dan mengisi kaleng oven dengan tanah berat udara yang telah tersedia lalu menimbangnya kembali;
Kemudian biarkan sampai 24 jam;
Kemudian mengovennya pada suhu 105o C selama 24 jam.
B. Menentukan kadar air tanah kapasitas lapangan
Langkah pertama meletakkan kertas saring/tissue didasar beaker glass yang sudah tersedia;
Menghaluskan dan memasukkan tanah kering ke dalam beaker glass + 250 cc yang telah diletaki tissue sambil digoyang-goyang dengan tujuan kepadatan tanah rata;
Menyemprot permukaan tanah yang sudah berada dalam beaker glass dengan hand sprayer sampai + 1/3 bagian tinggi tanah;
Meletakkan pipa kapiler persis ditengah-tengah beaker glass;
Melubangi plastik yang sudah menjadi lembaran bagian tengahnya untuk memasukkan pipa kapiler yang akan ditancapkan ditengah-tengah beaker glass lalu palstik diikat dengan karet gelang untuk menjaga tanah kehilangan air karena penguapan yang berlebih yang sudah ada biarkan selama 24 jam;
Mengambil sampel dengan cara mengambil tanah bagian dasar sebanyak 2 kaleng oven setelah 24 jam sebanyak 2 kaleng oven untuk perbandingan dengan data pengambilan sample sebelum dibiarkan selama 24 jam, kemudian dimasukkan dioven selama 24 jam.
C. Menentukan kadar air jenuh
· Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang kaleng oven yang akan digunakan untuk wadah sampel.
· Langkah selanjutnya adalah menyiapkan beaker glass dan meletakan kertas saring/tissu di dasar beaker glass .
· Tanah yang sudah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam beaker glass hingga 250 cc, lalu tanah dibasahi dengan cara menyemprotkan air hingga air meresap sampai 1/3 bagian.
· Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan langsung mengambil tanah bagian atas (tanah pada beaker glass yang masih jenuh akan air).
· Kemudian tanah tersebut dimasukan kedalam kaleng oven dan ditimbang.
· Biarkan selama satu hari kemudian oven selama 24 jam pada suhu oven 105oC.
· Setelah 24 jam tanah yang di oven dikeluarkan lalu dilakukan penimbangan kembali
BAB IV
HASIL
4.1. Tabel data pengamatan
Sample
Berat kaleng
berat tanah+kaleng(so)
Berat tanah +kaleng(ko)
Jenuh
29
35
3gram
3gram
29
35
14gram
11gram
29
35
10gram
9gram
Kapasitas lapang
51
46
4gram
4gram
51
46
11gram
15gram
51
46
10gram
12gram
Kering udara
44
52
3gram
3gram
44
52
18gram
16gram
44
52
16gram
15gram
4.2. Perhitungan
a. Berat Tanah (SO dan KO)
- Berat tanah sebelum di oven(so) = (Berat tanah Sebelum di oven+Berat kaleng ) – berat kaleng .
- Berat tanah sesudah di oven(ko) = (Berat tanah KO+Berat kaleng n) – berat kaleng.
1. Sampel Kering Udara
- Berat tanah sebelum di oven(so) kl 44 =18 gram -3 gram = 15 gram
- Berat tanah sebelum di oven(so) kl 52 =16 gram – 3 gram =13 gram
- Berat tanah setelah di oven (ko) kl 44 = 16 gram 4 gram =14 gram
- Berat tanah setelah di oven (ko) kl 52 = 15 gram 3 gram = 12 gram
2. Sampel Kapasitas Lapang
- Berat tanah sebelum di oven(so) kl 51 =11 gram – 4 gram = 7 gram
- Berat tanah sebelum di oven(so) kl 46 =15 gram – 4 gram = 11gram
- Berat tanah setelah di oven (ko) kl 51 = 10 gram4 gram = 6 gram
- Berat tanah setelah di oven (ko) kl 46 = 12 gram 4 gram = 8 gram
3. Sampel Jenuh
- Berat tanah sebelum di oven(so)kl 29 =14 gram 3 gram = 11gram
- Berat tanah sebelum di oven(so)kl 35 =11 gram – 3 gram = 8 gram
- Berat tanah setelah di oven(ko kl 29 = 10 gram3 gram = 7 gram
- Berat tanah setelah di oven (ko) kl 35 = 9 gram 3 gram = 6 gram
b. Berat Air Tanah
Berat air tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Berat Air = Berat tanah SO – Berat tanah KO.
Jadi :
· Berat air Sampel jenuh klg 29: 11 ­– 7 = 4
· Berat air Sampel jenuh klg 35: 8 – 6 = 2
· Berat air Sampel Kapasitas lapang klg 51: 7 – 6 = 1
· Berat air Sampel Kapasitas lapang kgl 46: 11 – 8 = 3
· Berat air Sampel Kering udara klg 44: 15 – 13 = 2
· Berat air Sampel Kering udara klg 52: 13 – 12 = 1
c. Kadar Air Persen Massa
Massa air
Rumus penghitungan Kadar Air persen massa adalah sebagai berikut :



4.3. Tabel Hasil Perhitungan
Sample
Berat Kaleng
Berat Tanah+Kaleng (SO)
Berat Tanah+Kaleng (KO)
Berat Tanah (SO)
Berat Tanah (KO)
Berat Air
KA Tanah (% massa)
Jenuh
3
14
11
10
9
11
8
7
6
4
2
57,14
33,33
Kapasitas Lapang
4
11
15
10
12
7
11
6
8
1
3
16.66
37,5
Kering udara
3
18
16
16
15
15
13
14
12
2
1
15,38
8,33
Keterangan :
: Data pengamatan














BAB VI
PEMBAHASAN
4.1. Batas hasil yang diperoleh
Dari hasil pengamatan Pada pengamatan kadar air tanah dari masing – masing sampel tanah dilakukan dua kali pengamatan.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kadar air pada tanah jenuh yaitu kaleng (29) 57,14 % dan kaleng (35) 33,33 % disini terjadi penigkatan, karena tanah pada keadaan yang basah atau jenuh sehingga air mengisi seluruh pori-pori tanah baik pori mikro maupun makro.
Pada kapasitas lapangan yang di biarkan selama 24 jam kadar air tersebut yaitu kaleng (51) 16,66 % dan kaleng (46) 37,5 % karena air yang jatuh kedalam tanah hanya sebentar dan selanjutnya air tersebut akan terjadi pergerakan air secara cepat kebawah meninggalkan pori – pori makro dan sebagai gantinya maka dijumpai pori makro yang terisi oleh udara. Sedangkan air berada pada pori mikro dan pori kapiler.
Pada kering udara yaitu kaleng (44) 15,38 % dan kaleng (52) 8,33 % karena air yang tersimpan didalam tanah sedikit dan berada dalam pori mikro yang terkecil.
Air didalam tanah memiliki perilaku yang spesifik, karena adanya berbagai gaya yang bekerja pada air. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi:
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah antara lain :
  1. Tekstur tanah
Kemampuan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah- tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil daripada tanah yang bertekstur halus. Oleh karenanya tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.
  1. Kadar bahan organik tanah
Semakin tinggi kadar bahan organik tanah (BOT) akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air dalam tanah.
  1. Senyawa kimia
Semakin banyak senyawa kimiawi dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun. Tanah kering udara adalah tanah yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Berdasarkan data dalam penetapan kadar air tanah kering udara/andosol lebih mampu menyerap air dibandingkan tanah inceptisol.
  1. Kedalaman solum
Selain faktor diatas ketersediaan air tanah juga dipengaruhi oleh iklim dan tanaman ,faktor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,temperatur,dan kecepatan angin,yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi.Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran,toleransi terhadap kekeringan,serta tingkat dan stadia pertumbuhan,yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman.
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor:
· Banyaknya curah hujan atau suplay air, ini berkorelasi positif terhadap kadar air tanah semakin banyak curah hujan maka kadar air tanah akan semakin banyak pula, namun ini juga sangat bepengaruh pada kemampuan tanah memegang air.
· Kemampuan tanah memegang air, semakin baik kemampuan tanah memegang air maka air yang tersimpan pada tanah (KA tanah) juga akan semakin banyak/tinggi.
Kemampuan tanah memegang air dipengaruhi oleh :
ü Kandungan bahan organik, semakin banyak bahan organik maka kemampua tanah menyimpan air akan semakin baik.
ü Tekstur tanah, tekstur tanah juga mempengaruhi pori-pori tanah, tanah yang kasar akan lebih banyak memiliki pori makro daripada tanah denngan tekstur halus sehingga daya penyimpanan airnya lebih rendah daripada tanah dengan tekstur halus.
· Besarnya evaporasi, semakin besar tingkan evaporasi maka akan semakin banyak air yang hilang dari tanah sehingga KA tanah akan berkurang.
· Senyawa kimia, semakin banyak senyawa kimia pada tanah maka kadar air tanah akan semakin menurun.
Topografi, topografi mempengaruhi penyerapan air pada tanah, pada tipografi yang datar air akan cepat terseram oleh tanah dan penyerapannya merata, pada topografi lereng maka air yang terserap oleh tanah akan lebih sedikit karena air bergerak bebas (mengalir) sedang pada topografi cekung apabila ada air maka tanah dibawahnya akan jenuh oleh air dan bahkan berlebihan (air akan menggenang).
BAB VII
KESIMPULAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar air tanah dalam kondisi jenuh : kaleng 29 (57,14 %) dan kaleng 35 (33,33 %), kapasitas lapang : kaleng 51 (16,66 %) dan kaleng 46 (37,5 %) kering udara : kaleng 44 (15,38 %) dan kaleng 52 (8,33%).
2. Kadar air tertinggi terdapat pada tanah dalam kondisi jenuh
3. Kadar air pada tanah yang dalam kondisi kapasitas lapang memiliki kadar air yang lebih rendah dari pada kadar air pada tanah dalam keadaan jenuh namun lebih tinggi daripada kadar air yang terdapat pada tanah dalam keadaan kering udara.
4. Kadar air tanah pada tanah dalam keadaan kering udara lebih rendah dibanding kadar air pada tanah dalam kondisi jenuh dan kapasitas lapang.
5. Faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah :
· Banyaknya curah hujan atau Suplay air.
· Kemampuan tanah menahan air.(dipengaruhi oleh kadar bahan organik dan tekstur)
· Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi).
· Senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam.
· Topografi.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, R. 2005, hal : 45 Dasar Ilmu Tanah. Kannisius : Yogyakarta
Hardjowigeno, S. 1995. Hal : 27 Ilmu Tanah. Media Sarana Perkasa : Jakarta
Yunus, Yuswar, 1979. Tanah dan Pengolahan. CV Alfaberta. Jl. Gegerkalong hilir 84 : Bandung (Soepardi, 1987 hal : 26), (Wesley, 1973 hal : 33), (Ayers dan perumpral (1982) hal : 48)
2011
Hanafiah, K.A. 2005. hal 115- 117 Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.